Gali Potensi Anak Melalui Finger Print Analysis

Keinginan orangtua mencetak anak-anaknya menjadi bibit unggul semakin besar. Pertanyaan seputar cara memaksimalkan potensi anak-anak mereka atau tentang bagaimana cara melihat kecerdasan sejati serta bakat anaknya sedini mungkin kerap menghantui pikiran orangtua masa kini.

Kecerdasan sebenarnya merupakan konsep yang sangat rumit. Ada beberapa jenis kecerdasan, misalnya kecerdasan sosial, natural, musikal atau kecerdasan berbahasa yang tidak terukur oleh tes IQ saat ini.

Beberapa dekade terakhir ini para ahli psikologi terus menyempurnakan tes untuk menganalisa kecerdasan dan kepribadian (psikometri). Contohnya adalah tes bakat minat, tes kepribadian, grafologi, tes gambar, dan sebagainya.

Saat ini sudah tersedia tes untuk mengukur potensi anak, yang menggunakan metode pencitraan sidik jari untuk menganalisis bakat dan kecerdasaan seseorang yang disebut fingerprint analysis.

Pada tahun 1965, para ahli sudah mengetahui bahwa pola sidik jari manusia sudah terbentuk sejak usia 13 minggu dalam kandungan. Pola guratan-guratan kulit pada sidik jari, dikenal sebagai garis epidermal, ternyata memiliki korelasi dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak.

Teori-teori mengenai struktur otak yang diungkap para ahli beberapa dekade kemudian telah memberikan informasi yang dapat menjadikan interpretasi karakter dan potensi bakat seseorang secara genetis. sidik jari bersifat permanen, unik, dan tidak akan pernah sama.

Para ahli di bidang dermatoglyphics--ilmu mempelajari pola sidik jari--dan kalangan neuro-anatomi atau kedokteran anatomi tubuh menemukan fakta bahwa pola sidik jari bersifat genetis dan sudah muncul ketika janin dalam kandungan berusia 13-24 pekan.


Pola guratan kulit--dikenal sebagai garis epidermal--pada sidik jari ternyata memiliki korelasi dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak (nerve growth factor) yang sama dengan faktor garis epidermal (epidermal growth factor).

Secara gamblang, analisis sidik jari menghitung mana yang lebih responsif dan dominan dalam guratan kulit itu. Misalnya, jari jempol sebagai representasi dari pujian atau apresiasi pada seseorang. Kemudian jari telunjuk untuk mengambil keputusan, jari manis untuk komunikasi dan pendengaran, jari tengah untuk kejelasan, serta jari kelingking untuk audio dan visual.
 

Dari situ, pengukuran data biometrik dengan pemindaian (scanning) akan mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter, serta gaya belajar atau bekerja seseorang.

Kaitannya dengan pemanfaatan hasil analisa sidik jari adalah untuk mendapatkan data atau referensi perihal bakat yang akan membentuk kecerdasan. Dengan demikian orangtua bisa mencari pendekatan dan pengarahan yang paling efektif untuk mengoptimalkan kecerdasan anak sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mandiri tanpa kehilangan keunikannya. Lagi pula, tes sidik jari tidak menentukan kecerdasan seorang anak. Sidik jari cuma mengungkap potensi bakat dan gaya belajar si anak.




Telah dibaca :
blog counter


Source : kompas.com & tempointerkatif.com
Share
Related Stories Widget by LinkWithin